TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN
Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
2.Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.
Proses Pembuatan Keputusan
Melakukan Pembuatan Keputusan merupakan ciri yang memainkan suatu peran penting dalam kehidupan setiap manusia. Setiap tindakan yang diambil oleh setiap individu memiliki latar belakang yang mendalam dari sebuah proses pembuatan keputusan itu sendiri. nampaknya berbagai keputusan yang dilakukan seseorang menunjukkan seberapa kuat dirinya. Akan tetapi kita tak punya cukup waktu untuk meneliti dan mencermati semua aspek dadi suatu situasi situasi untuk membuat keputusan yang tepat baginya. Kadang-kadang kita harus mengambil tindakan seketika yang dapat meningkatkan hidup kita atau malah menghancurkan hidup kita sendiri, karena kita tak mampu menggunakan seluruh sumber daya kita. Kita bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis bagian yang benar dan yang saja, yang tepat dan yang kurang tepat. Oleh sebab itu, kita hanya mendapatkan suatu pandangan dan gambaran yang luas dan sekilas mengenai akibat dari tindakan tertentu. Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita mencermati sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi...menurut psikolog Swiss Jean Piaget dalam bukunya The Moral Judgement of the Child 1932, yang menyingkapkan bahwa anak-anak memulai penalaran dalam suatu situasi yang ditandai oleh aturan-aturan yang ketat dan ketaatan terhadap otoritas sehingga anak tidak mengikuti persepsi orang lain lain, tetapi melakukan keinginannya sendiri yang dipaksakan kepada orang lain. Hal ini mengantarkan anak kepada tangggung jawab obyektif yang karenanya anak-anak berpikir lebih mengenai akibat-akibat dari berbatai tindakan ilegal dari pada orangtua. Realisme moral merupakan faktor lain yang membangun keadilan imanan pada diri anak dengan anak lebih takut kepada hukuman. Di samping lingkungan sosial dari seorang anak juga mempengaruh pendekatan moralnya. karena kekuatan diwariskan dari atas ke bawah maka anak dengan mudah mengadopsi apa yang diberikan kepada mereka. Pengalaman-pengelama orang dewasa membuat anak memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika seorang anak tetapi dalam sebuah lingkungan atau perusahaan yang kotup, ia akan cenderung melepaskan prinsip oralnya sendiri. Anak justru mengambil pegnalaman dan teknik dari orang dewasa untuk membangun lingkungan yang sama. Di saming jika anak lingkungan yang baik yang sangat disiplin, maka ia akan menerimanya dengan cara yang sama. Keputusan yang dilakukan anak-anak juga dipengaruhi oleh pola pendidikan yang diperoleh anak-anak. Hampir sepanjang waktu pendidikan sanga mempengaruhi psikologi anak-anak dalam hal positif tetapi pendidikan juga dapat berfungsi sebaliknya jika anak tak memperoleh cukup status, posisi atau apresiasi bahkan setelah melakukan upaya yang sungguh. Ketika anak belajar perbedaan moralitas dan berbagai peraturan, pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Anak-anak melihat segala sesuatu secara kritis dalam terang nilai-nilai moralitas dan konvensi. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara efektif menurut nilai-nilai ini, maka aia menerima dan mempertahankan nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan peraturan tersebut dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara jelek. Mereka kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat kontradiktif dalam pikirannya. Karenaitu pembuatan keputusan yang otonom dapat dipelajari dalam terang penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jean Piaget. Akan tetapi, dalam rangka memahami semuanya yang disebutkan di atas sehubungan dengan seorang pribadi adalah pekerjaan yang sulit namun biasanya berbagai kegiatan pribadi tersebut dapat mengungkapkan persepsi, gagasan dan pendekatannya terhadap orang lain. Pembuatan keputusan anonom dapat juga dicermati melalui berbagai kemampuan dari setiap orang. Maka kesimpulannya ialah bahwa biasanya keputusan otonom bergantung pada pendekatan individu. Justru batasan-batasan sosial-lah yang mempengaruhi pembuatan keputusan seseorang. Karena itu hal terpentingyang perlu kita catat di tengah perubahan masyarakat adalah memberikan perhatian yang besar terhdap lingkungananak-anak, pengembangan, perlakuan dan pola asuh. Karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjalankan kehidupan masyrakat. Hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah memperkuat kepribadian mereka dalam rangka membangun suatu masyarakat yang berhasil melalui pendidikan yang tepat sejak usia dini.