Selasa, 23 November 2010

Perbuatan Keputusan

TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN

Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.

2.Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.

3.Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.




Proses Pembuatan Keputusan

Melakukan Pembuatan Keputusan merupakan ciri yang memainkan suatu peran penting dalam kehidupan setiap manusia. Setiap tindakan yang diambil oleh setiap individu memiliki latar belakang yang mendalam dari sebuah proses pembuatan keputusan itu sendiri. nampaknya berbagai keputusan yang dilakukan seseorang menunjukkan seberapa kuat dirinya. Akan tetapi kita tak punya cukup waktu untuk meneliti dan mencermati semua aspek dadi suatu situasi situasi untuk membuat keputusan yang tepat baginya. Kadang-kadang kita harus mengambil tindakan seketika yang dapat meningkatkan hidup kita atau malah menghancurkan hidup kita sendiri, karena kita tak mampu menggunakan seluruh sumber daya kita. Kita bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk menganalisis bagian yang benar dan yang saja, yang tepat dan yang kurang tepat. Oleh sebab itu, kita hanya mendapatkan suatu pandangan dan gambaran yang luas dan sekilas mengenai akibat dari tindakan tertentu. Sebelum melangkah lebih jauh marilah kita mencermati sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi...menurut psikolog Swiss Jean Piaget dalam bukunya The Moral Judgement of the Child 1932, yang menyingkapkan bahwa anak-anak memulai penalaran dalam suatu situasi yang ditandai oleh aturan-aturan yang ketat dan ketaatan terhadap otoritas sehingga anak tidak mengikuti persepsi orang lain lain, tetapi melakukan keinginannya sendiri yang dipaksakan kepada orang lain. Hal ini mengantarkan anak kepada tangggung jawab obyektif yang karenanya anak-anak berpikir lebih mengenai akibat-akibat dari berbatai tindakan ilegal dari pada orangtua. Realisme moral merupakan faktor lain yang membangun keadilan imanan pada diri anak dengan anak lebih takut kepada hukuman. Di samping lingkungan sosial dari seorang anak juga mempengaruh pendekatan moralnya. karena kekuatan diwariskan dari atas ke bawah maka anak dengan mudah mengadopsi apa yang diberikan kepada mereka. Pengalaman-pengelama orang dewasa membuat anak memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika seorang anak tetapi dalam sebuah lingkungan atau perusahaan yang kotup, ia akan cenderung melepaskan prinsip oralnya sendiri. Anak justru mengambil pegnalaman dan teknik dari orang dewasa untuk membangun lingkungan yang sama. Di saming jika anak lingkungan yang baik yang sangat disiplin, maka ia akan menerimanya dengan cara yang sama. Keputusan yang dilakukan anak-anak juga dipengaruhi oleh pola pendidikan yang diperoleh anak-anak. Hampir sepanjang waktu pendidikan sanga mempengaruhi psikologi anak-anak dalam hal positif tetapi pendidikan juga dapat berfungsi sebaliknya jika anak tak memperoleh cukup status, posisi atau apresiasi bahkan setelah melakukan upaya yang sungguh. Ketika anak belajar perbedaan moralitas dan berbagai peraturan, pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Anak-anak melihat segala sesuatu secara kritis dalam terang nilai-nilai moralitas dan konvensi. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara efektif menurut nilai-nilai ini, maka aia menerima dan mempertahankan nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan peraturan tersebut dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara jelek. Mereka kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat kontradiktif dalam pikirannya. Karenaitu pembuatan keputusan yang otonom dapat dipelajari dalam terang penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jean Piaget. Akan tetapi, dalam rangka memahami semuanya yang disebutkan di atas sehubungan dengan seorang pribadi adalah pekerjaan yang sulit namun biasanya berbagai kegiatan pribadi tersebut dapat mengungkapkan persepsi, gagasan dan pendekatannya terhadap orang lain. Pembuatan keputusan anonom dapat juga dicermati melalui berbagai kemampuan dari setiap orang. Maka kesimpulannya ialah bahwa biasanya keputusan otonom bergantung pada pendekatan individu. Justru batasan-batasan sosial-lah yang mempengaruhi pembuatan keputusan seseorang. Karena itu hal terpentingyang perlu kita catat di tengah perubahan masyarakat adalah memberikan perhatian yang besar terhdap lingkungananak-anak, pengembangan, perlakuan dan pola asuh. Karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjalankan kehidupan masyrakat. Hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah memperkuat kepribadian mereka dalam rangka membangun suatu masyarakat yang berhasil melalui pendidikan yang tepat sejak usia dini.












Penetapan Tujuan

VISI DAN MISI ORGANISASI
Visi : Membentuk organisasi yang maju, berkembang, berprestasi dan mandiri
Misi : Mengharumkan nama universitas ke tingkatan regional, nasional maupun internasional dengan segala prestasinya.

TUJUAN ORGANISASI
Mengembangkan, meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan kewirausahaan pada anggotanya di bidang fotografi.
Untuk mencapai tujuan tersebut APS melakukan berbagai kegiatan, antara lain :
1. Menghimpun para penggemar fotografi di lingkungan UNAIR dalam satu organisasi yang mempelajari tentang fotografi.
2. Mengadakan pendidikan, latihan serta mengaktifkan kegiatan fotografi di dalam dan di luar lingkungan UNAIR.
3. Mengikuti kegiatan-kegiatan di luar UNAIR yang berhubungan dengan fotografi
4. Mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, hunting foto dan penelitian mengenai berbagai aspek kegiatan fotografi.
5. Mengadakan hubungan kerjasama dengan organisasi lain, khusunya yang menyelenggarakan kegiatan fotografi di dalam maupun di luar UNAIR
6. Melaksanakan kegiatan pendidikan dan latihan serta kegiatan lain di bidang fotografi yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.
7. Mempelajari jurnalistik dan mengembangkan teknologi fotografi.


Managemen By Objective (MBO)
MBO adalah suatu pendekatan yang terorganisir dan sistematis yang menjadikan manajemen fokus kepada sasaran kerja dan pencapaian hasil terbaik yang mungkin tercapai dari sumber daya yang tersedia . MBO bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dengan merumuskan tujuan organisasi dan sasaran kerja karyawan yang berada di dalamnya. Idealnya, karyawan akan mendapatkan masukan yang kuat untuk mengidentifikasikan sasaran kerja, waktu realisasi, target, dan perkiraan output target. MBO mengikutsertakan on going tracking dan umpan balik ke dalam proses pencapaian sasaran kerja.
Konsep MBO
Menurut Drucker , manajer atau karyawan tidak boleh terpaku pada aktivitas harian, karena paradigma tersebut dapat menyebabkan mereka lupa akan tujuan utama dan sasaran kerjanya. MBO dalam performansi kerja karyawan mengarahkan karyawan untuk fokus pada hasil bukan pada aktivitas. MBO mendukung terciptanya delegasi tugas dari Kepala Unit kepada karyawan yang ada dibawahnya dengan membuat kontrak manajemen (KM) tanpa mendikte detail jalan yang akan dipergunakan karyawan yang bersangkutan dalam mencpai sasaran.
Prinsip Utama MBO
Prinsip dibalik dalam Management By Objective (MBO) adalah untuk memastikan bahwa setiap karyawan memiliki pemahaman yang jelas terhadap tujuan atau sasaran organisasi, seperti halnya mereka memahami peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan tersebut. Sistem MBO membuat manajer dan karyawan bekerja untuk menjalankan dan meraih rencananya, yang mana secara otomatis akan turut mendukung tercapainya tujuan organisasi. MBO memiliki 5 prinsip dasar , yaitu:
1) Prinsip Penurunan Tujuan dan Sasaran Organisasi
Prinsip ini meminta kepada para top level manajer untuk menurunkan tujuan dan sasaran organisasi yang menjadi sasaran definitif dan rencana kerja dari karyawan yang berada di bawahnya.
2) Prinsip Sasaran Spesifik per Karyawan
Setiap Individu Karyawan dalam organisasi diberikan kumpulan sasaran kerja spesifik yang harus mereka raih selama periode kerja tertentu. Sasaran kerja dibuat sejalan dengan sasaran perusahaan pada suatu periode tertentu.
3) Prinsip Pengambilan Keputusan Secara Partisipatif
Sasaran Kerja Individu (SKI) karyawan disusun secara bersama-sama oleh individu karyawan dan manajernya.
4) Prinsip Pendefinisian Periode Waktu
Sasaran kerja disusun untuk periode waktu tertentu.
5) Prinsip Evaluasi Kinerja dan Umpan Balik
Performansi kerja karyawan ditinjau secara periodik untuk mengetahui seberapa dekat karyawan kepada pencapaian sasaran kerjanya. Penghargaan diberikan kepada individu karyawan yang berhasil meraih sasaran kerjanya Penghargaan tersebut diberikan sebagai feedback atas keberhasilannya.
Proses dan Tahapan MBO
Untuk melaksanakan prinsip-prinsip MBO, terdapat 5 langkah proses yang harus ditempuh dalam MBO yaitu:
1. Meninjau Sasaran Organisasi
2. Merumuskan Sasaran Kerja Individu (SKI)
3. Memantau perkembangan
4. Evaluasi Kinerja karyawan
5. Pemberian Penghargaan dan MBO untuk periode kerja selanjutnya
Selain itu, MBO juga memiliki 6 tahapan teknis yang dapat menjadi roadmap bagi kesuksesan penerapan MBO dalam organisasi, yaitu:
1. Mendefinisikan tujuan perusahaan pada level Dewan Direksi
2. Menganalisis tugas manajemen dan memikirkan spesifikasi pekerjaan yang menandakan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari para manajer
3. Membuat standar performansi
4. Menyusun dan menyetujui sasaran kerja spesifik
5. Menyelaraskan target individu dengan target perusahaan
6. Membangun sistem informasi bagi manajemen untuk memantau perkembangan pencapaian kerja.


Alasan Penggunaan Metode MBO
Metode MBO dipilih dalam sistem ini karena prinsip-prinsip yang terdapat dalam MBO memiliki kesamaan dengan kondisi real yang ada di tempat studi kasus dimana;
a. pada awal periode kerja, kepala unit meninjau sasaran kerja unit yang hendak dicapai dalam suatu periode kerja
b. Sasaran Kerja Individu (SKI) adalah sasaran kerja yang spesifik untuk setiap karyawan.
c. Pengambilan keputusan mengenai sasaran dan target kerja dari setiap karyawan didiskusikan oleh karyawan yang bersangkutan dengan atasannya dengan merujuk pada sasaran kerja unit yang hendak dicapai
d. SKI dibuat untuk dilaksanakan dalam satu periode waktu tertentu
e. pada saat berjalannya periode kerja, pimpinan unit atau supervisor yang telah diberi tanggung jawab oleh kepala unit dapat memantau perkembangan atas hasil pencapaian kerja dari karyawan. Agar apabila ditemukan kendala dalam pelaksanaan kerja, dapat diambil langkah-langkah antisipatif dan penanganan yang efektif
f. pada akhir periode kerja, dilakukan penilaian atas sasaran kerja karyawan untuk mendapatkan Berdasarkan pemaparan kesamaan antara metode MBO dengan kondisi
real di atas, maka dapat diketahui bahwa MBO mencakup seluruh tahapan penilaian performansi kerja karyawan yang terdapat di lokasi studi kasus




Proses Perencanaan

Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa, dan bagaimana. Bintoro Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Muhamad Fakri perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dari kutipan tersebut dapat dianalisis bahwa dalam menyusun perencanaan perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan, adanya kegiatan proses yang sistematis hasil dan tujuan tertentu.
Faktor Waktu dan Perencanaan

Factor waktu dan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perencanaan dalam tiga hal, yaitu:
1. waktu sangat diperlukan untuk meaksanakan perencanaan efektif
2. waktu sering diperlukan untk melanjutkan setiap langkah perencanaan
tanpa informasi lengkap tentang variable-variabel dan alternatif-
alternatif, karena waktu diperlukan untuk mendapatkan data dan
memperhitungkan semua kemungkinan.
3. jumlah waktu yang akan dicakup dalam rencana harus dipertimbangkan.
Faktor waktu lainnya yang mempengaruhi perecanaan adalah seberapa sering rencana-rencana harus ditinjau kembali dan diperbaiki. Ini tergantung pada sumber daya yang tersedia dan derajat ketetapan perencanaan manajemen.